Kasus Nazaruddin Menguap, Kasus Muhaimin Disantap


Setelah Kasus Suap Wisma Atlet Sea Games menguap dari media, Kasus Suap baru pun muncul di pemberitaan media. Begitulah seterusnya dari waktu kewaktu perputaran kasus suap, seakan negeri ini seperti tempat pembibitan para penyuap dan para pesulap uang negara.
Hari ini kasus suap Wisma Atlet Sea Games, yang melibatkan Bendaharawan Umum Partai Demokrat, sudah mulai hilang dari pemberitaan media Nasional, seperti sudah diatur, maka munculah kasus suap yang baru. Meskipun tak seheboh kasus Mega Korupsi Nazaruddin, namun kasus suap di Kemenakertrans ini pun lumayan dihebohkan media, karena terkait Menakertrans, Muhaimin Iskandar.
Agaknya Nazaruddin sudah boleh istirahat dari sorotan media, biasanya tahanan kelas kakap seperti ini kalau sudah lepas dari pengawasan media, itu artinya lepas pula dari pengawasan masyarakat, dengan demikian akan bebas keluar masuk tahanan. Hal seperti ini sudah menjadi rahasia umum, tahanan kakap bisa menikmati istirahatnya di rumah, menikmati hari-harinya dengan keluarga. Kembali berada di tahanan hanya apabila ada pemeriksaan dan kunjungan yang di liput media.
Inilah negeri yang paling aman bagi penjahat dan perompak Negara, merdeka menikmati hasil kejahatan, hukuman hanyalah formalitas untuk mengelabui perhatian dan sorotan. Kalaulah ada gembar gembor pemberantasan korupsi, itu pun hanya sebatas slogan. Seringkali tindakan pemberantasan korupsi kontradiksi dengan sanksi hukum yang diberi, koruptor kakap pun selalu dapat remisi.
Menguapnya kasus suap wisma atlet sea games dari pemberitaan, jauh hari sudah diperkirakan seperti halnya kasus-kasus besar sebelumnya. Kasus satu menguap dari pemberitaan, kasus baru pun bermunculan. Begitulah seterusnya secara simultan seperti ada yang mengendalikan. Kasus suap Kemenakertrans pun diperkirakan akan menghilang dari pemberitaan kalau memang sudah tidak dibutuhkan pemberitaannya. Jangan pernah berharap ada kasus korupsi yang tuntas di pengadilan dengan hasil yang menggembirakan, yang ada tetaplah kekecewaan.
kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar