Manfaatkan Lesson Study Meningkatkan Keterampilan Guru Mengajar


Tinggi rendahnya standar kompetensi lulusan yang sekolah harapkan menentukan derajat mutu guru, pedoman penyusunan kurikulum,  arah proses pembelajaran,  strategi mengajar dan penilaian.
Target mutu lulusan memerlukan dukungan pengetahuan dan keterampilan guru yang terlatih, yang memenuhi kriteria mutu  peningkatan kompetensi siswa, dan guru yang secara nyata meningkatkan kompetensi dalam pelaksanaan belajar di dalam kelas.
Pendidikan memerlukan guru profesional yang tidak berhenti belajar karena segala sesuatu di sekitar kehidupannya selalu berubah. Pengetahuan dan  keterampilan berkembang dengan strategi guru yang memahami kebutuhan siswa belajar untuk masa kini masa depan. Pendidikan yang bermutu menjamin setiap siswa mendapatkan pelajaran  yang bermanfaat untuk kehidupan pada masanya.
Pada abad ke-21 sekolah mendapat tantangan mengembangkan kapasitas siswa belajar agar mereka adaptif terhadap perkembangan ekonomi dan industri yang semakin lekat terhadap perubahan informasi, ilmu pengetahuan, dan inovasi.
Dalam menghadapi kondisi ini sekolah memerlukan yang memahami benar tentang apa yang seharusnya siswa pelajari, keterampilan seperti apa yang harus guru kembangkan, dan bagaimana mendorong motivasi siswa selalu membarukan pengetahuan dan keterampilan. Semua serba berubah.
Jenis pengetahuan dan keterampilan yang siswa perlukan dirumuskan  oleh Bernie Trilling dan Charles Fadel dalam buku 21st Century Skill meliputi
  • Terampil belajar dan berinovasi yang ditunjukkan dengan  penguasaan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah, komunikasi dan kolaborasi, kreatif dan inovatif.
  • Menguasai keterampilan digital yang ditunjukkan dengan  melek informasi, melek media,  dan melek teknologi informasi dan komunikasi.
  • Memiliki keterampilan berkarir dan  berkecakapan hidup yang ditunjukkan dengan daya fleksibelitas dan adaptif, inisiatif dan kemampuan mengarahkan diri sendiri, interaksi sosial dan kultural,  produktivitas dan akuntabel, serta keterampilan kepemimpinan dan bertanggung jawab.
Dalam meng-Indonesia-kan manusia Indonesia, seluruh sekolah diharapkan seluruh guru memiliki kuatan meningkatkan siswa yang (1) Beriman dan bertakwa, berahlak mulia , dan berkarakter kebangsaan. (2)  Menguasai keterampilan membaca dan menulis sesuai dengan jenjang pendidikan. (3) Yang tidak kalah penting adalah menguasai  keterampilan berbahasa Inggris atau bahasa asing lain sebagai modal dasar mengembangkan kolaborasi dalam kehidupan global.
Meningkatkan keterampilan guru yang berdampak terhadap peningkatan siswa belajar, peningkatan penguasaan ilmu pengatahuan, peningkatan keterampilan bicara, berkomunikasi, membaca, menulis, memecahkan masalah, berpikir kritis, berpikir ilmiah, berkarya, berimajinasi, berkolaborasi merupakan masalah  besar  dalam pengembangan profesi guru pada saat ini.
Bagaimana guru mengembangkan ketampilan agar siswa memiliki keterampilan abad ke-21 dapat dilakukan melalui berbagai strategi, namun pengalaman menunjukkan bahwa Lesson Study terbukti menjadi salah satu strategi yang unggul yang memfasilitasi guru meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Lesson Study Dalam Peningkatan Profesi Guru
Lesson Study adalah suatu bentuk kegiatan penelitian kelas yang dipraktekan secara luas di Jepang dan China dengan cara mencurahkan perhatian pada kegiatan  mengajar dan belajar secara kolaboratif. Kegiatan ini merupakan bagian dari strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dengan cara memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sesungguhnya terjadi dalam kelas. Praktek ini selanjutnya diadopsi secara luas oleh para pendidik di berbagai negara termasuk di Indonesia.
Proyek riset The Teaching and Learning Research Programme (TLRP) yang mempelajari tentang  “Bagaimana siswa belajar dengan cara belajar dalam kelas”dan “Kerja sama dan jejaring sekolah”  telah dikembangkan di Inggris. Hal yang sama juga telah dikembangkan di Indonesia.
Hal yang sama telah menarik perhatian para peneliti Amerika, Hasil studi dua peneliti AS yaitu Catherine Lewis dan Richard Hiebert di Jepang, khususnya dalam studi bidang matematika dalam program Third Internationa Mathematics an Science Study (TIMSS) menemukan  menemukan praktek yang meluas tentang “Jugyou Kenkyuu”atau Lesson Study sebagai kegiatan kerja sama antara guru dan sekolah.
Lesson Study pada prinsipnya mempelajari tentang bagaimana guru praktek dalam penggunaan strategi pembelajaran dan penilaian. Dengan menyaksikan kegiatan nyata dalam kelas  para guru  belajar untuk mengembangkan dan menstrasfer fakta itu sebagai objek belajar yang berguna untuk melakukan perbaikan kerja dalam melaksanakan tugas masing-masing.
Praktek ini diarahkan untuk  mempelajari pendekatan khusus dalam meningkatkan keterampilan siswa siswa belajar, menguasai materi pelajaran, atau  mengembangkan keterampilan bekerja untuk menghasilkan produk belajar. Dalam proses Lesson Study kelompok guru mengidentifikasi kebutuhan murid belajar dan kemajuan mereka dalam proses belajar di dalam kelas, serta kebutuhan melakukan perbaikan.
Mereka kemudian menyelidiki perkembangan dalam mengajar yang mungkin berdampak pada aspek pembelajaran siswa. Dari hasil penelitian terhimpun bawah dalam satu kelompok guru telah melakukan kerja sama dalam satu hingga tiga tahun. Dalam kegiatan tersebut para guru melakukan kegiatan.
  • Merencanakan kegiatan study tentang kemungkinan siswa meningkatkan hasil belajar.
  • Melakukan kegiatan pembelajaran dan melakukan pengamatan bersama-sama terhadap kegiatan pembelajaran.
  • Melakukan diskusi secara berhati-hati tentang hasil yang dapat dicapai.
  • Mencatat berbagai peristiwa dalam kelas, termasuk kegagalan dan keberhasilan.
Dalam sembilan tahun terakhir (2005) juga telah dikembangkan di sejumlah lokasi di Amerika melalui kegiatanInternational Quality Education Association (IQEA) yang juga proyek ini dilakukan di Hong Kong dan Inggris. Komponen lesson study yang mereka pelajaran sebagai berikut:
  1. Aturan dasar pelaksanaan penelitian bersama.
  2. Menggunakan kasus pada siswa.
  3. Mengidentifikasi “Apa yang akan diteliti?” dan “Mengapa hal itu perlu diteliti?”  sebagai fokus penelitian.
  4. Menghubungkan fokus penelitian dengan “Apa yang sesungguhnya sudah anda ketahui tentang fokus penelitian?”
  5. Mengembangkan perencanaan bersama.
  6. Melaksanakan pengamatan bersama (menghimpun data).
  7. Merekam apa yang telah siswa pelajari, melaksanakan diskusi, menganalisis, dan mencatat yang telah peneliti pelajari.
  8. Merekam data, menangkap beberapa fokus utama dengan menggunakan video atau audio.
  9. Merumuskan cara-cara yang dapat membantu pihak lain dari “Apa yang telah Anda pelajari, diinovasi, disempurnakan, dan dimodifikasi.
  10. Membuat artefak untuk bahan penyajian dalam bentuk rapat untuk menyusun bahan dalam bentuk power point, vedeo, panduan pembinaan
Belajar dari Pengalaman
Hampir seluruh guru yang mengikuti kegiatan Leson Study di California (USA) menyatakan bahwa kegiatan ini menjadi pembaharu banyak guru. Mereka menyatakan bahwa jarang mereka dapatkan program pengembangan profesional khusus seperti ini.  Ini merupakan pendekatan yang memungkinkan guru atau kelompok guru meneliti, mengembangkan, dan mempraktekan teknik yang berdampak langsung pada siswa mereka.
Ini sungguh membaharui banyak guru. “Ketika Anda melihat kegiatan siswa belajar dalam kelas, banyak aspek pengembangan profesional yang dilakukan di luar konten kelas dan praktek,” kata Dr. Yoshida. “Guru benar-benar perlu belajar untuk mengamati pelajaran dan berbicara tentang pelajaran melalui aktivitas kolaboratif, guru dapat saling belajar dan mendapatkan materi pelajaran dan keterampilan pedagogis.”
Guru juga bisa mendapatkan umpan balik langsung setelah  melaksanakan kegiatan pelajaran. “Seluruh kegitan berdasarkan langkah-langkah yang Anda rencanakan,”  ”Anda memiliki hipotesis tentang bagaimana pelajaran akan efektif, maka anda mengumpulkan data, dan menentukan apakah Anda benar – yaitu, jika belajar yang terjadi tidak hanya orang-orang yang mengajarkannya belajar, tetapi orang yang mengamati dan terlibat dalam percakapan tentang pelajaran juga turut belajar. ”
Menurut Dr. Yoshida, salah satu bagian yang paling sulit dalam Lesson Study adalah belajar untuk menjadi pengamat baik. Biasanya, para guru membicarakan hal-hal yang dangkal atau bagian permukaan setelah mereka mengamati pelajaran, seperti warna memanipulasi warna atau melihat keterlibatan siswa dari yang  tampak.” Menurut dia “Mereka perlu belajar untuk mengamati secara efektif, dan menentukan apakah pelajaran memberikan kontribusi untuk siswa belajar. Mereka harus mengamati bagaimana siswa belajar, berapa banyak mereka belajar, dan apakah yang mereka pelajari sesuai dengan apa yang mereka pikir akan belajar.
Pada beberapa wilayah yang telah mencoba  melaksanakan kegiatan Lesson Study mengatakan bahwa kegiatan ini sangat menarik bagi guru, meskipun memerlukan beberapa pekerjaan untuk belajar melakukannya.
Pendekatan ini amat populer, katanya, karena “Melibatkan guru yang berpartisipasi  dengan baik, mereka bisa menghabiskan waktu untuk membahas masalah yang sebenarnya mereka butuhkan, dan mereka menggunakan data dari kelas.
“Ini telah mengubah hubungan kerja pendidik di sekolah. Lebih banyak orang berbagi sumber daya. KeindahanLesson Study adalah Anda mendapatkan pengembangan profesional di saat Anda membutuhkannya.”
Seperti pada kegiatan tahun ini, guru memfokuskan perhatian pada  membedakan strategi  pembelajaran. “Proses pembelajaran  menjadi bagian dari setiap orang dalam kelompok,” “Kemudian mereka melihat pelajaran dengan hal-hal tertentu sesuai dengan yang mereka pikirkan”.
Ambil contoh pada sistem sekolah Paterson, New Jersey, juga telah menggunakan studi pelajaran di beberapa sekolah selama lima tahun, dengan hasil yang menarik. Theresa Carter, pengawas pengembangan staf untuk sekolah ini menyatakan  bahwa program ini sangat membantu bagi guru baru dan  menjadi alternatif dalam meraih sertikasi.
Kata William Jackson, fasilitator matematika yang bekerja dalam  bidang pengembangan profesi. “Ini benar-benar membantu Anda berpikir secara mendalam tentang pengajaran Anda. Anda bisa melihat banyak contoh pengajaran yang menjadi fokus kajian. Anda menuliskan (1) Respon siswa yang diharapkan, (2)  Belajar tentang bagaimana berurusan dengan kesalahan dalam perencanaan pembelajaran (3) Dan  bagaimana mengubahnya untuk melakukan perbaikan.
“Banyak hal kecil yang berpengaruh pada kegiatan pengajaran yang lebih dinamis. ” Misalnya, kelompok Lesson Study di sekolah memilih tema, dan mengembangkan pelajaran pada tema itu, membantu anak-anak belajar, berpikir secara mendalam. “Guru benar-benar belajar, berpikir dengan berhati-hati tentang segala sesuatu, mereka belajar bagaimana mereka mengatur papan tulis, bagaimana melibatkan para siswa, dan mengkaji bahan-bahan apa yang digunakan atau yang tidak digunakan,” kata seorang guru di California.
Mereka tambahkan bahwa “Kami sedang berusaha untuk mengkondisikan semua siswa untuk memahami pelajaran.”  “Jika mereka tidak memperolah itu, maka apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya?”
Pengalaman nyata diharapkan dapat memberikan gambaran  tentang bagaimana para penyelenggara pendidikan di beberapa tempat mengadopsi dan mengapreasi pelaksanaan Lesson Study serta mendeskripsikan manfaat yang dapat mereka petik untuk meningkatkan mutu siswa belajar.
Bagaimana Guru Kota Bogor Memulai?
Untuk menindaklanjuti pertemuan yang diselenggarakan pada tanggal 26 Juli 2011, pengurus MGMP melakukan langkah-langkah berikut:
  1. Menyepakati diadakan kegiatan tindak lanjut sebagai hasil pertemuan ini dengan menetapkan aturan pelaksanaan penelitian bersama.
  2. Mengidentifikasi “Apa yang akan diteliti?” dan “Mengapa hal itu perlu diteliti?”  sebagai fokus penelitian.
  3. Membagi kelompok pada tiap mata pelajaran untuk (1) Merencanakan kegiatan studi tentang kemungkinan siswa meningkatkan hasil belajar. (2) tiap kelompok memilih topik penelitian dan menentukan tujuan, waktu, tempat penelitian. (3) Melakukan kegiatan pembelajaran dan melakukan pengamatan bersama-sama terhadap kegiatan pembelajaran (4) Melakukan diskusi secara berhati-hati tentang hasil yang dapat dicapai. (5) Mencatat berbagai peristiwa dalam kelas, termasuk kegagalan dan keberhasilan.
  4. Menggunakan kasus pada siswa dalam proses pembelajaran dalam kelas.
  5. Menghubungkan fokus penelitian dengan “Apa yang sesungguhnya sudah Anda ketahui tentang fokus penelitian?”.
  6. Melaksanakan pengamatan bersama (menghimpun data).
  7. Merekam apa yang telah siswa pelajari, melaksanakan diskusi, menganalisis, dan mencatat yang telah peneliti pelajari.
  8. Merekam data, menangkap beberapa fokus utama dengan menggunakan video (HP).
  9. Merumuskan cara-cara yang dapat membantu pihak lain dari “Apa yang telah Anda pelajari, diinovasi, disempurnakan, dan dimodifikasi.
  10. Membuat artefak untuk bahan penyajian dalam bentuk rapat untuk menyusun bahan dalam bentuk power point, video.
Untuk keperluan itu setiap kelompok wajib menyediakan instrumen dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan yang telah disepakati. Kita buat target waktu pelaksanaan dan kita tentukan pula pelaksanaan presentasi tiap kelompok dalam kegiatan pertemuan berikutnya.
Sumber Bacaan:
  • Bernie Trilling & Charles Fadel,2009.  21st Century Skill: Learning For Life in Our Times, Jossey Bass, Wiley Imprint USA.
  • http://www.teachingexpertise.com/articles/the-lesson-study-model-of-classroom-enquiry-2950
  • http://www.educationworld.com/a_admin/admin/admin382.shtml

0 komentar:

Posting Komentar